Pemandangan dari Jendela Kamar
Ada seorang wanita diam
di sudut beralaskan kardus
Aku lihat samar-samar
lewat kaca yang mengembun
Wanita itu menunjukkan
wajah sendunya
Seakan membuatku ingin
terus memandang
Mataku tajam menyorot
jelas wanita itu
Meski air hujan terus
membasuh jendelaku
Ia mengangkat kedua
tangan keriputnya
Meminta sesuatu dari manusia
yang berlalu lalang melewatinya
Teriris saat wanita itu
bangkit, tertatih berjalan
Membawa bekas gelas plastik air mineral
Namun, masih kosong
dalamnya
Wanita itu berjalan,
seperti mengabaikan ketidakberdayaan diri
Terlihat tulang-tulang
rapuh dan kulit keriputnya dari pandangan mata ini
Tapi tetap tak ada yang
ikhlas melirik memberi belas kasih
Aku tetap diam terus
menelusuri peristiwa ini
Bergumam bertanya dalam
sanubari
Wahai Tuhan apa salah
dari wanita malang ini?
Apa sudah pudar
urat-urat keadilan di negeri pertiwi ?
Yang tidak lagi
terwujud sejahtera
Tapi para penguasa
Berjaya dengan korupsinya
Jika ada satu yang
harus terkabulkan, bolehkah kami meminta perlindungan?
Mungkin itu doa-doa
dari wajah-wajah seperti wanita yang kulihat sekarang
Ya. Mungkin hanya
berdoa , terus berdoa
Hingga entah sampai
kapan penderitaan ini bertepi
Inilah negeriku,
pemandangan ini sudah tak asing lagi
Tapi para kepala yang
ada di atas itu, hanya terdiam dan duduk manis menikmati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar