Sabtu, 10 Mei 2014

                                             Pemandangan dari Jendela Kamar



Ada seorang wanita diam di sudut beralaskan kardus
Aku lihat samar-samar lewat kaca yang mengembun
Wanita itu menunjukkan wajah sendunya
Seakan membuatku ingin terus memandang

Mataku tajam menyorot jelas wanita itu
Meski air hujan terus membasuh jendelaku
Ia mengangkat kedua tangan keriputnya
Meminta sesuatu dari manusia yang berlalu lalang melewatinya
 
Teriris saat wanita itu bangkit, tertatih berjalan
Membawa bekas  gelas plastik air mineral
Namun, masih kosong dalamnya
Wanita itu berjalan, seperti mengabaikan ketidakberdayaan diri
Terlihat tulang-tulang rapuh dan kulit keriputnya dari pandangan mata ini
Tapi tetap tak ada yang ikhlas melirik memberi belas kasih
Aku tetap diam terus menelusuri peristiwa ini


Bergumam bertanya dalam sanubari
Wahai Tuhan apa salah dari wanita malang ini?
Apa sudah pudar urat-urat keadilan di negeri pertiwi ?
Yang tidak lagi terwujud sejahtera
Tapi para penguasa Berjaya dengan korupsinya
Jika ada satu yang harus terkabulkan, bolehkah kami meminta perlindungan?
Mungkin itu doa-doa dari wajah-wajah seperti wanita yang kulihat sekarang

Ya. Mungkin hanya berdoa , terus berdoa
Hingga entah sampai kapan penderitaan ini bertepi
Inilah negeriku, pemandangan ini sudah tak asing lagi
Tapi para kepala yang ada di atas itu, hanya terdiam dan duduk manis menikmati






Tidak ada komentar:

Posting Komentar