Minggu, 04 Mei 2014

puisi pertama di blog ini

Aku masih berdiri di sini
Mengheningkan hati memeluk letih
sesekali bola mata ini melirik sunyi
menatap air yang kian meriak tanpa henti
ia mngalir dengan pasti,
mulus seperti tak ada rintangan menghalangi
meskipun aku tau sesekali ia menabrak batu-batu itu
tapi ia terus mengalir tak perduli yang lain
ia hanya bertugas bersirkulasi siang malam
pergi dari hulu dan bermuara di hilir
begitu seterusnya

sekali waktu kupandangi wajah diri di tubuhnya yang bening
mulut ini ingin bergumam
ada satu Tanya yang hendak kuucap
apakah ia letih?
tapi ia tak menjawab
sekali lagi Tanya ini kuucap
apakah ia bosan?
Tapi ia tak menjawab
Kuterdiam dan kesal
Ingin ku menyentaknya
Dan membuatnya menjawabku
Tapi hasilnya tak ada

Kurenungkan hari ini yang semakin berterik
Membakar hati yang awalnya letih
Ku sayatkan hati ini dengan marahku
Aku malu pada air dan sang mentari itu
Keduanya istiqomah menjalani hidup
Aku malu pada air dan sang mentari
Keduanya tak berletih padahal tak ada ucap , imbalan, atau sanjungan dari kami
Mereka hanya tunduk pada perintah Tuhan yang Maha Kuasa

Kurenungkan kembali hari ini
Ada satu kata yang ingin kubisikkan dalam hati
Hidup ini penuh misteri
Saat ku bosan, ada satu yang tersimpan
Saat ku tawa, ada satu yang terlupa
Saat aku sedih, ada satu yang tersembunyi

Hidup ini misteri
Caci makinya tak boleh ditepak
Sanjungan hatinya tak bisa ditebak
Yang menjadi Kuasa sang Illahi

Hidup ini penuh misteri
Yang mungkin air dan mentari pun mengerti
Tapi, lihatlah yang kupelajari

Mereka berterima dengan hati yang suci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar